Jumat, 04 April 2014

Saudara kembar

http://kumpulanhotdewasa.blogspot.com
Saudara kembar Perkenalkan namaku Irvan, sekarang berumur 21 thn. Wajahku sebenarnya sih biasa-biasa saja bisa dibilang cukup pendek malah tetapi mungkin aku sudah punya bakat alam untuk merayu cewek, mungkin ini juga salah satu pengaruh karakterku yang cenderung sanguinis, mudah bergaul. Pegalaman seksku tidak bisa dibilang banyak, cuma pernah bercinta dengan mantan pacarku aja. Kali ini aku mau bercerita salah satu pengalaman seksku dengan 2 kakak seniorku di perguruan tinggi. Ceritanya bermula ketika aku mulai masuk perguruan tinggi pada saat OSPEK. Waktu itu salah satu senior yang menjadi mentorku adalah seorang cewek cantik, bentuk tubuhnya indah sekali, rambutnya panjang dan dikuncir di belakang. Orangnya sering memakai baju yang agak ketat jadi bentuk tubuhnya yang indah itu dapat kulihat, ingin rasanya tenggelam dalam pelukannya. Diam-diam sewaktu dia pulang aku ikuti dia dari belakang biar tahu di mana rumahnya. Ternyata rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah kostku, dan yang membuat aku lebih kaget adalah yang membukakan pintu itu seorang cewek yang wajahnya juga mirip dengan dia, bentu tubuhnya juga sama-sama bagus, yang membedakan hanya model rambutnya, cewek yang membukakan pintu itu rambutnya hanya sebahu lebih dan tidak dikuncir, aku pikir mereka ini pasti saudara kembar. Besok adalah hari terakhir OSPEK, aku sengaja meminta tanda tangan pada dia sambil sekalian berkenalan dengannya. Sesudah dia memberi tanda tangan, kutanya namanya, dia bernama Susanti, dan tidak lupa kutanya dia "Eh, omong-omong kemarin aku lagi lewat rumahmu, aku juga nggak sengaja ngeliat satu cewek yang ngebukain pintu buat lu, wajahnya kok mirip denganmu sih, punya saudara kembar ya, tapi kok sekarang orangnya nggak keliatan sih?". "Ooo, jadi kamu juga udah melihat si Susanna nih, wah nggak seru nih.., lu jadi nggak ketipu dong kalo aku kibulin..!. Kami pun bercanda dan ngobrol. Sejak saat itu kami pun mulai akrab, aku juga sudah mengenal kembarannya yang bernama Susanna yang lebih tua beberapa menit dari Susanti. Mereka lebih tua 1 tahun dariku dan 2 angkatan di atasku. Aku sering pergi ke rumah mereka yang kebetulan tidak terlalu jauh dari kampus. Aku merasa ada sedikit hati pada Susanti karena kalau sedang ngobrol lebih klop rasanya. Mereka pun sering ke kostku dan aku kenalkan kepada teman kost yang lain. Setelah beberapa bulan kira-kira jam 3 siang mereka datang ke kostku. Mereka bilang mau meminjam komputer buat ngetik, soalnya komputer di rumah mereka sedang rusak katanya. Aku pun mempersilakan mereka masuk ke kamarku yang juga ruang kerjaku. Sementara Susanti sibuk mengetik, aku ngobrol dengan Susanna, ternyata Susanna agak genit, obrolannya kadang-kadang suka nyerempet ke arah seks segala, beda dari adiknya yang sedikit tenang. Dia juga sibuk melihat majalah-majalahku. "Wah, nggak seru nih kok majalah komputer sama sport semua nih", katanya. Tanpa kusadari dia menemukan VCD blue yang aku sembunyikan antara halaman majalah. "Wah ketahuan nih, bandel yah, sembunyiin barang kayak ginian". Wajahku agak malu apalagi saat tertangkap basah di depan Susanti yang aku suka itu. Sebenarnya itu film lama dan aku juga sudah bosan nontonnya, makannya aku sembunyikan saja di sembarang tempat. "Wah boleh juga nih", kata Susanna, "Aku juga udah lama nggak ngeliat lagi yang kayak gini, stel dong Van, boleh kan?". "Wah, itu kan si Santi lagi sibuk, komputernya lagi dipake tuh". "Ini bentar lagi selesai kok tinggal di save aja nih", jawab Susanti. Aku agak heran mendengar jawaban Susanti, "Wah, ini kan film nggak baik Ti, masa lu mau liat juga nih", jawabku. "Aku belum pernah liat tuh, sekali-kali kan aku juga pengen tau kayak apa sih film yang bisa bikin laki-laki tergila-gila tuh, ya nggak Van". Tidak lama kemudian Susanti berkata, "Udah nih Van, udah aku save lagi, mana dong janjinya, stel dong VCD-nya. Mumpung masih belum terlalu malem nih". "Iya, kita cewek juga boleh dong ngeliat, bukan cowok aja dong, kan emansipasi nih", Susanna menambahkan. Akhirnya aku terpaksa mengalah setelah didesak mereka berdua dan menyetel VCD porno itu dan kami menontonnya. Kami duduk di ranjang saat menonton, aku duduk di sebelah Susanti dan Susanna di sebelah Susanti. Dalam film itu terlihat adegan seorang pria sedang menyetubuhi 2 orang wanita secara bergantian, adegan itu membuat nafsu seksku bangkit, ditambah lagi ada 2 cewek cantik di sini dan mereka berdua juga kelihatannya cukup terangsang juga. Aku mulai memberanikan diri menggenggam tangan Susanti dan dia juga tidak menunjukkan reaksi menolak, tanganku mulai usil meraba pahanya yang pada saat itu cuma memakai celana pendek. Kemudian aku berkata pada Susanti, "Gimana Ti, filmnya bagus nggak?", dia hanya mengangguk menjawab pertanyaanku. Entah apa yang merasukiku saat itu tahu-tahu tanganku sudah mulai menyelinap ke bawah baju kaosnya dan meraba punggungnya yang halus lalu membuka tali BH-nya. Setelah itu tanganku mulai meraba payudaranya yang indah, dan saat itu dia mendesah, "Aaahh!". Susanna yang melihat kami berdua sedang diam-diam asyik langsung berkata, "Loh, kok mainnya cuma berdua aja sih, nggak ngajak-ngajak nih!". Selesai berkata demikian dia langsung pindah tepat duduk ke sebelah kiriku, jadi sekarang aku dalam posisi diapit 2 orang wanita. "Wah kaya surga aja nih", kata aku dalam hati. Aku lalu berkata pada Susanti yang saat itu juga sudah tidak bisa mengendaikan dirinya. "Aku buka aja yah bajunya, Ti, biar lebih nyaman". Setelah dia mengijinkan, akupun langsung membantunnya untuk membukakan bajunya, sementara itu Susanna membantuku membuka celanaku. Aku semakin nafsu begitu melihat bentuk tubuh Susanti yang sudah polos pada saat itu, ditambah lagi Susanna juga membuka bajunya setelah dia membuka celana dalamku, kini kami bertiga sudah dalam keadaan telanjang bulat. Susanti duduk di sebelahku dan kuraba payudaranya sambil beradu lidah dengannya, sementara Susanna duduk berlutut di antara kedua kakiku sambil mengemut dan menjilati adikku. Kepalaku sudah turun ke payudara Susanti dan kujilati putingnya yang indah berwarna merah muda itu dan tanganku yang satunya lagi meraba-raba kemaluannya yang berbulu lebat dan sudah mulai basah. Susanti yang pada saat itu sedang mabuk kepayang oleh nafsunya mendesah sambil berkata, "Uhh, terus Van, terusiin, udah mau keluar nih.., Ahh.!". Lalu Susanna berkata, "Cepetan Van, kalo Santi udah puas aku juga mau digituin nih". Setelah berkata begitu, dia meneruskan menjilati penisku. Setelah beberapa saat aku mempermainkan klistoris Susanti, aku mulai merasakan keluar cairan hangat dari sana, dan Susanti mendesah panjang sambil memeluk erat badanku. Disaat yang sama pula aku mencapai kepuasan karena penisku dikulum Susanna. Spermaku muncrat membasahi muka Susanna, dan dia menelan spermaku yang masih tersisa, Susanti juga berlutut ikut menjilati spermaku yang masih belepotan di penisku. Tiba-tiba kudengar pintu kamarku dibuka dari luar, dan yang masuk adalah Andry, teman kostku yang juga teman sekamarku. Deg, aku kaget sekali, pada saat itu bagai disambar petir. Aku baru sadar kalau Andry juga ternyata memegang kunci kamar ini dan yang lebih tolol lagi adalah grendel pintu lupa kukunci. Begitu dia masuk aku langsung mengambil bantal menutupi penisku. Si kembar juga kaget dan mengambil pakaian mereka menutupi bagian terlarang mereka, untung pada saat itu mereka cuma sedang menjilat penisku, kalau sedang mengemut kan gawat, bisa tergigit penisku. Andry yang baru masuk menutup pintu lagi dan terdiam beberapa detik sambil memandangi kami yang hanya tertutupi oleh barang seadanya. "Kalian lagi ngapain? kok nggak ngajak-ngajak sih?". Belum sempat ada yang menjawab dia sudah mendekati Susana dan mengambil tissue membersihkan cipratan maniku di wajahnya. Dan Sussana pun tanpa diperintah langsung membukakan baju Andry. Melihat itu rasa kagetku pun mulai pulih kembali, aku menarik Susanti duduk di pangkuanku berhadap-hadapan, dan kumasukkan penisku ke dalam vaginanya, ternyata Susanti masih perawan, terbukti ketika kumasukkan penisku agak sulit, akhirnya dengan sepenuh tenaga berhasil juga, dan kudengar juga suara sobekan selaput daranya disertai sedikit darahnya. Lalu kugenjot tubuhnya dalam pangkuanku, aku semakin horny saat melihat payudaranya yang bergoyang naik turun, kumainkan kedua benda itu, lalu kubuka juga kuncir rabutnya sehingga rambutnya tergerai panjang, membuatnya bertambah seksi. Penampilannya mengingatkanku pada foto model bugil Jepang, Chisato Kawamura. Waktu itu kulihat juga Andy sedang melakukan anal seks dengan Susanna. Ternyata Andry adalah orang yang suka bermain seks secara kasar. Kulihat dia, sambil menggenjot Susanna, tangannya menjambak rambutnya dan tangan satunya lagi meremas-remas payudaranya. Setelah Andry puas dengan Susanna, dia minta untuk berganti pasangan denganku. Aku sebenarnya agak keberatan soalnya Susanti itu kan gadis yang aku sukai, tapi kulihat Susanti mengangguk menandakan dia setuju, "Nggak pa-pa kok Van, ini kan cuma permainan aja, boleh ya". Kupikir-pikir ya benar juga, akhirnya aku juga setuju. Susanti pun meninggalkanku dan menuju ke Andry, aku berjalan ke arah Susanna, dan membaringkannnya telentang di ranjangku dan kumasukkan adikku ke dalam vaginanya. Dia kelihatannya sangat menikmati permainan ini, dan kutahu bahwa Susanna sudah tidak perawan, tapi vaginanya masih kencang, sepertinya jarang dipakai. Pantas aja dia kelihatannya lebih berpengalaman saat oral seks sebelumnya tadi, selain itu juga sifatnya lebih agresif. Tapi mereka berdua memang sama-sama enak rasanya kok. Aku agak cemburu saat melihat Susanti dijilat-jilati tubuhnya oleh Andry dan sesudahnya disetubuhi olehnya. Singkat cerita akhirnya kami berempat bermain sampai puas, si kembar akhirnya terbaring lemas bermandikan keringat dan air sperma, aku dan Andry pun sudah merasa puas dan cukup lelah. Kira-kira jam 6 sore si kembar pamit pulang, setelah sebelumnya beres-beres dan membersihkan diri dulu. Mereka tidak mandi di sini karena takut kelihatan penghuni kost lain. Jangan-jangan mereka jadi curiga, kan bakal runyam deh jadinya. Sekarang mereka sudah lulus dan Susanti sudah pergi ke luar negri mengambil S2, yang masih tinggal cuma Susana yang sudah mempunyai pacar. Aku sendiri pun sudah mempunyai pacar sendiri. TAMAT

Selasa, 01 April 2014

Diperkosa Sopirku dan Temannya part 1





Namaku Widuri berumur 25 tahun, aku dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang cukup mapan. Karena itu aku terbiasa berhias dan menikmati kehidupan yang lumayan mewah. Kulitku putih dan orang bilang tubuhku cukup ideal. Aku telah berumah tangga, Sandi suamiku mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang eksport import. Saat ini dia sedang tidak berada di rumah. Dia pergi keluar kota selama kurang lebih sebulan untuk mengurus keperluan bisnisnya. Aku terbiasa ditinggal sendiri di dalam rumah mewahku. Tapi sebulan yang lalu dia pulang membawa seseorang yang akan dijadikan sopir di rumahku. Dia adalah Martono, seorang pria berumur kurang lebih 40 tahunan. Rambutnya botak kulitnya hitam dan wajahnya terlihat buruk keras. Suamiku yang mempekerjakannya sebagai sopir kami sebagai balas jasa telah menyelamatkan suamiku dari ancaman perampokan di jalan raya. Meskipun aku kadang-kadang ketakutan melihat matanya yang jelalatan melihatku, tapi aku menghormati keputusan suamiku. Dia memang pintar mengemudi mobil dan mengetahui seluk-beluk kotaJakarta. Seringkali Aku belanja ke Mall hanya diantar oleh Martono karena suamiku betul-betul sangat sibuk.

Suatu hari ketika aku sedang memasak di dapur, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kehadiran Martono yang menatapku dengan jelalatan.
ìOh Pak MartonoÖ. kaget saya melihat bapak tiba-tiba sudah ada disini.î  Aku memanggilnya dengan sebutan bapak karena dia lebih tua dariku.
ìMaaf nyonya kalau saya ternyata mengagetkan Ö..î. Dia menjawab tapi tatapan matanya tidak berhenti menatap dadaku. Aku sedikit risih dengan tatapannya, lalu aku pura-pura menyibukkan diri memasak kembali. Martono masih diam saja di dapur menatap bagian belakang tubuhku.
ìAda keperluan apa bapak ke dapur.î  Akhirnya aku bertanya setelah sekian lama mendiamkannya.
ìNyonya sangat cantik sekaliÖ..dan seksiî  Martono menjawab. Aku terkejut dengan jawabannya itu. Jantungku berpacu semakin cepat, aku mulai was-was.
ìJangan-janganÖ.ah, tidak mungkinÖ. Semoga dia cuma berkata sebenarnya, hanya caranya mengungkapkan seperti orang yang terbiasa hidup di jalanan. Tanpa basa-basi.î Aku berusaha menenangkan deburan jantungku.
ìTerimakasihÖ..î  aku menjawab dengan sedikit gemetar.
ìSebenarnya Nyonya sangat menggairahkan, setiap kali saya di dekat Nyonya pasti ìadikî  saya terbangun. Saya masih yakin dapat memuaskan Nyonya.î  Martono berkata tanpa basa-basi.
DegÖ. Dugaanku ternyata benar, aku takut sekaligus marah dengan Martono. Aku
menghadapnya dengan mengacungkan pisau dapur yang sedang kupakai.
ìHei Martono, jangan kurang ajar terhadapku. Ingat aku adalah majikanmu. Aku bisa memecatmu sekarang juga karena kelakuanmu yang tidak sopan terhadapku. Selama ini aku menerimamu karena menghormati suamiku.î  Aku membentak tanpa menghiraukan usianya yang lebih tua dariku.
Tanpa-diduga-duga dia memelintir tanganku yang memegang pisau sehingga pisau itu

terlempar. Aku mengaduh kesakitan. Tapi tangan kirinya telah memelukku dengan erat. Aku tidak bisa bergerak sama sekali, karena himpitan tenaganya yang kuat.
ìKamu kira aku bisa ditakuti dengan mainan seperti ituÖ. hah.î  Dia sekarang menelikung tanganku dan mendekapkan badanku ke badannya. Aku gemetar ketakutan dan tidak terpikir untuk berteriak saking gugupnya.
ìAku memang mengincarmu dari dulu, karena itu mengatur siasat agar dia dirampok oleh
kawa-kawanku. Aku pura-pura datang menolongnya. Sekarang kalau kau berani
melawan, maka kau akan tahu akibatnya. Kau dan suamimu bisa kubunuh kapan saja bila kau coba-coba melapor pada pihak yang berwajib. Aku punya banyak kawan preman di jalanan yang bisa dengan mudah kuperintahkan.î  Martono mengancamku. Aku semakin ketakutan, hilanglah sudah harapanku.
ìAku akan melepaskan pelukanku kalau kau mengerti kondisimu saat ini.î  Martono meneruskan. Aku hanya diam menggigil ketakutan dan mengangguk. Dia menyeringai dan melepaskan pelukannya. Aku langsung terduduk di lantai dan menangis. Martono tertawa penuh kemenangan. Sedangkan hatiku sangat kalut. Martono bisa melakukan apa saja terhadapku. Kalau aku melaporkan dia pada Polisi maka jiwaku dan suamiku akan terancam.

ìKamu tidak perlu menangisÖ karena aku akan memberikan kepuasan batin yang tak terhingga kepadamu. Aku tahu kebutuhan batinku sangat kurang karena suamimu jarang berada di rumah. Kamu sangat kesepian kan?. Pikirkan saja bahwa suamimu tidak ada disini sedangkan kau merasa sangat kesepian, siapa yang salah sekarangÖ.î  Martono berkata dengan tenangnya.

Sambil duduk Martono membuka resluiting celananya. Kemaluannya tampak telah membesar dan kini tepat mengarah di depan wajahku. Akupun kembali membuang muka sambil memejamkan mata. Martono mulai memaksa untuk mengoral batang kejantanannya. Tangannya keras segera meraih kepalaku dan wajahnya ke depan kemaluannya. Setelah itu kemudian Martono memaksakan batang kejantanannya masuk ke dalam mulutku hingga sampai pangkal penis dan sepasang buah zakar bergelantungan di depan bibirku.
Dengan agak terpaksa aku membuka mulutku dan mulai menciumi penis Martono, sebenarnya ukuran penis Martono hampir sama dengan milik suamiku tetapi punya Martono sedikit lebih panjang dan agak membesar di bagian kepalanya. Akhirnya perlahan aku mulai menjilati dan mengulum penis itu.

ìOhh.. Nikmat sekali sayaang, kau memang pintarî
Martono mengerang sambil meremas rambutku lalu ia mendorong dan menarik penisnya di mulutku. Aku terus mengutuk diriku yang rela memberikan sesuatu yang lebih pada orang lain daripada untuk suamiku karena selama ini aku selalu menolak kalau Mas Sandi minta untuk memasukan penisnya ke mulutku.

Aku gelagapan karena mulutku kini disumpal oleh kemaluan Martono yang besar itu. Martono mulai mengocokkan batang penisnya dimulutku yang megap-megap karena kekurangan Oksigen. Dipompanya kemaluannya keluar masuk dengan cepat hingga buah

zakarnya terasa memukul-mukul daguku. Tak terasa air mataku mengalir deras, tapi aku tak bisa berbuat apa-apaÖ.

Bunyi berkecipak karena gesekan bibirku dan batang penis yang sedang dikulum tidak dapat dihindarkan lagi. Hal ini membuat Martono makin bernafsu dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajahku. Batang penisnya juga semakin cepat keluar
masuk di mulutku, dan sesekali membuatku tersedak dan ingin muntah.

Lama sekali rasanya batang penis Martono kukulum dan membuatku makin lemas dan pucat. Akhirnya tubuh Martono pun mengejan keras dan Martono menumpahkan spermanya di rongga mulutku. Hal ini membuatku tersentak dan kaget, ingin memuntahkannya keluar namun pegangan tangan Martono di kepalaku sangat keras sekali, sehingga dengan terpaksa aku menelan sebagian besar sperma itu.

ìAaah..,î  Martono pun mendesah.
ìAkhirnya aku bisa menikmati mulutmu yang indah sayangÖÖ..î  Terasa sakit rasanya hatiku. Aku seperti wanita yang tidak berharga dan bisa dipermainkan oleh siapa saja. Aku hanya bisa menangis tanpa bisa melawan.

ìAyo ikut akuÖ..î  Martono kemudian menarik tanganku dengan kasar. Dengan setengah menyeretku dia membawaku ke kamar tidurku. Didorongnya tubuhku ke atas ranjangku yang empuk.
ìHmm. Kamar yang bagus dan wangiÖ. Cocok untuk kita saling melepas hasrat yang sangat nikmat.î  Martono mengagumi kamar tidurku yang luas dan bersih. Aku tetap berbaring telungkup dengan menangis. Sia-sia saja aku walaupun berteriak, tidak ada tetangga yang akan mendengarku. Hidup di Jakarta kadang-kadang tidak memperdulikan penderitaan tetanga. Yang paling parah, Martono bisa mencelakakanku, yang paling kutakuti sebenarnya kalau dia sampai mencelakakan suamiku.

ìHeiÖ jangan diam saja. Bangun sini.î  Martono membentakku. Aku lalu bangun mendekatinya. Dia menyeringai dan berkata. ìLepaskan seluruh pakaianmu dan menarilah.î
ìGilaÖ apakah aku disuruh berstriptease dihadapannya. Terhadap suamikupun aku belum pernah melakukannya.î  Aku semakin gemetarÖ.
ìTolong, jangan lakukan ini kepada kamiÖ.. kalau pak Martono perlu uang nanti kami beri sesuai permintaan bapak.î  Aku memberanikan diri menolak kemauannya dengan suara yang bergetar.

ìJangan menolak, atau aku telpon temanku sekarang juga untuk mengurus suamimu. Tapi kalau kau memberikan layanan terbaikmu, maka kau jamin dirimu dan suamimu tidak akan binasa. Rahasia diantara kita tidak akan diketahuinya dan kaupun dapat menikmati keperkasaanku. Ha.. ha.. ha..î  Martono malah balik membentak.

Perlahan-lahan aku mulai melepaskan pakaian yang kupakai. Kubuka kancing bajuku satu persatu dengan tangan gemetar. Nafas Martono nampak sedikit tertahan tegang

ketika aku membuka bra warna pink yang kupakai. Aku menggoyang-goyangkan pantatku perlahan-lahan sambil membuka celana dalam yang merupakan bagian terakhir perlengkapan pakaianku. Aku menutupi payudaraku dan bagian kewanitaanku dengan kedua belah tanganku sebisa mungkin. Hatiku makin tidak karuan.

Mata Martono semakin beringas ìBeruntung sekali aku mendapatkanmuÖÖ. Tubuhmu yang putih mulus dan kencang sungguh luar biasa indahnya. Mari sini sayang.î  Martono menarik tanganku dan membaringkanku telentang. Dia dengan tergesa-gesa melepaskan pakaiannya. Badannya yang hitam menandakan dia terbiasa bekerja di bawah terik matahari. Terlihat beberapa tatto di badannya. Selama ini aku tidak pernah melihat dia mempunyai tatto. Kepalaku terasa berkunang-kunang, rasanya aku hampir tidak sanggup menahan peristiwa ini.

Martono perlahan-lahan mendekati aku yang tergolek lemas ditempat tidurku. Diambang kesadaran kurasakan sesuatu yang basah merayap menelusuri kakiku dan terus beranjak naik menuju pahaku, tanganku berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang menelusuri kaki dan pahaku.
ìOh.. Martono.. apa yang Bapak lakukan..î aku tersentak kaget ketika kudapati ternyata
lidah Martono menempel di belahan pahaku.
ìTenanglah.. nikmati saja..î, aku berontak, aku tak bisa membiarkan kekurang ajaran orang ini, aku harus bisa melepaskan diri dari bajingan ini, tapi tak berdaya aku melakukan semua itu, tubuhku lemas, akan tetapi terasa dorongan hasrat menjalari seluruh tubuhku yang memang jarang mendapatkannya dari suamiku.
ìBajingan kau.. lepaskan!, aku ini majikanmu.î Kali ini timbul perasaan nekatku yang
tadi dihimpit ketakutan.
ìKurang ajar.. Bajingan.. lepaskan..!î kembali aku berteriak sambil berusaha menendang, tapi lagi-lagi aku begitu lemah dan tiba-tiba saja lidah Martono yang basah menyeruak menyapu organ tubuhku yang paling sensitif.
ìAkhh..î Oh.. Tuhan nikmat sekali rasanya lidah orang ini, tubuhku mengejang, lama lidah Martono bermain dengan Vaginaku dan sesekali ia menyentuh dan menggigit clitorisku yang mulai mengembang dan mengeras. Cairan vaginaku mulai keluar meleleh berbaur dengan air liur Martono yang masih saja menusukan lidahnya ke vaginaku.

Tiba-tiba tubuhku kembali menegang, dan kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku dan seakan berkumpul dirahimku lalu..
ìOhh.. hh.. Akh..î erangan panjang dari mulutku mengiringi semprotan cairan hangat yang keluar dari dalam liang vaginaku dan membasahi mulut Martono. Ohh.. aku orgasme dengan orang selain suamiku dan hendak memperkosaku dengan biadab, tapi rasanya nikmat sekali orgasmeku dari Martono ini dan aku selalu menginginkan lebih dari itu. Kini tubuhku benar-benar lemas sambil kedua pahaku tetap menghimpit kepala Martono dengan nafas yang terengah-engah.

Perlahan Martono melepaskan kepalanya dari selangkanganku dan merayap keatas tubuhku yang masih belum bisa membuka mataku.
ìApa kubilang.. nikmat kan?î Martono berbisik ditelingaku.
ìJa.. hh.. jangan Pak sudah..î sebentar Martono menghentikan aksinya mungkin untuk

memberiku kesempatan mengumpulkan tenaga kembali.
ìNyonya tahu kalau saya udah jatuh cinta saat pertama melihat nyonya, jadi nikmati saja tanda cinta dari saya.
ìTidak Pak.. jangan..î setengah menangis aku memelas agar ia mau melepaskanku dari
nafsu bejatnya.
ìPak Sandi sangat beruntung memiliki nyonya.., cantik dan bertubuh idaman lelaki..î Dengan lembut ia mencium keningku, hidungku, pipiku dan sambil menghembuskan nafasnya ia mencium telingaku membuat gairah dalam tubuhku kembali berkobar dan seluruh bulu-bulu halus di tubuhku berdiri.
ìBibir nyonya indah..î itu yang terdengar sebelum ia melumat kedua belah bibir sensualku, aku berusaha menghindar tapi nikmat sekali rasanya.

Perlahan aku mulai membalas dengan membuka bibirku membiarkan lidah Martono menyeruak masuk kedalam mulutku. Ia melepaskan ciumannya lalu bergerak menelusuri leherku dan menggigit puting susuku.

ìSusu nyonya sungguh menggairahkan.. indah sekali sayang..î
Ia mengulum dan membenamkan wajahnya di belahan dadaku. aku menggelinjang dan hasratku lebih berkobar akhirnya kudekap tubuh yang menindih diatasku, oh.. Tuhan ia sudah telanjang bulat, kurasakan belahan pantatnya di kedua tanganku. Lama ia menelusuri dan meremas payudaraku.

ìJangan.. Pak.. aku mohon jangan.. aku nggak mau menghianati suamikuÖ.!î untuk kesekian kalinya aku memelas sambil berusaha merapatkan kedua kakiku dan mendorong tubuh Martono agar menjauh dariku.

Tanpa mempedulikan rintihanku Martono bergerak berusaha membuka kakiku dan menempatkan tubuhnya diantara kedua kakiku. Dengan reflek kedua tanganku bergerak menutupi selangkanganku, tapi kembali tangan Martono menarik kedua tangan ku dan membawanya keatas kepalaku. Langsung saja ia menyapu kedua ketiakku yang mulus tanpa bulu dengan lidahnya, kembali akupun merasakan sensasi kenikmatan sebagai akibat sapuan lidahnya yang basah itu.

ìOhh..î tubuhku bergetar sesuatu yang keras berusaha menyeruak masuk lubang kenikmatanku, dan perlahan benda itu mulai tenggelam dalam selangkanganku. Aku mendongak, mataku terpejam merasakan sensasi kenikmatan yang tiada taranya dan diakhiri dengan satu sodokan kuat akhirnya amblaslah seluruh penis Martono kedalam liang vaginaku.

Tubuhku terasa penuh seakan benda itu menancap tepat di rahimku, hilanglah sudah pertahanan terakhir kesucian rumah tanggaku. Tanganku mencengkram erat tubuh Martono dan menancapkan kuku-kukuku di pundaknya, perlahan tetes air mata mengalir disudut mataku yang terpejam. Lalu Martono mulai menggerakan pantatnya dan mulai mengobok-obok isi liang vaginaku.
ìOhh.. Nyonya.. nikmat sekali.. Kau.. kau.. begitu rapat..î Martono terus mengocok
vaginaku maju dan mundur dan akupun semakin menikmatinya, hilang rasanya rasa

pedih dihatiku terobati dengan kenikmatan yang tiada taranya. Mulutku mulai meracau mengeluarkan desahan dan ocehan.
ìAkhh.. Pak.. Aduuh.. ohh..î lama Martono memacu birahinya dan akupun mengimbanginya dengan menggelora, sampai akhirnya kembali aku mengejang dan sambil memeluk erat tubuh Martono aku kembali menyemprotkan cairan yang meledak dalam rahimku, aku orgasme untuk yang kedua dari Martono. Untuk beberapa saat Martono menghentikan gerakannya dan memeluk erat tubuhku sambil melumat bibirku. Aku benar-benar menikmati orgasme yang kedua ini, mataku terpejam sambil kulingkarkan kedua kakiku ke pinggang Martono.

Tak berapa lama kemudian Martono mencabut penisnya yang masih mengacung kokoh dari dalam rahimku.
ìOh..î ada sesuatu yang hilang rasanya dari tubuhku.
Perlahan ia bergerak menyamping dan membalikan tubuhku, kali ini aku pasrah dan lemah tak berdaya hanya menurut saja. Kembali ia menaiki tubuhku, kali ini dari belakang dan mulai menusuk-nusukan penisnya ke pantatku. Akupun menyambut sodokan benda tumpul itu dengan sedikit membuka kakiku dan mengangkat pantat kenyalku, cairan yang keluar dari rahimku mempermudah masuknya senjata Martono melalui jalan belakang dan kembali menancap di vaginaku. ia bergerak sambil kedua tangannya meremas payudaraku dari belakang dan menggenjotkan pantatnya menghantam liang vaginaku

Gesekan demi gesekan kurasakan semakin nikmat menyentuh kulit halus liang vaginaku, tanganku mencengkram erat seprei tempat tidurku yang acak-acakan.

ìOhh.. Nyonya.. Nikmat sekali.. Ohh..î
Martono benar-benar hebat, ia bisa bertahan lama menggauliku dengan berbagai posisi, sedangkan akupun semakin gila saja meladeni nafsu setan Martono. Untuk ketiga kalinya aku mencapai klimaks sedangkan Martono mesih saja berpacu diatas tubuhku. Sekarang pasisi tubuhku duduk dipangkuan laki-laki ini sambil mendekap dengan kepala mendongak kebelakang, leluasa ia mencumbu leherku yang mulai sudah basah dengan keringat yang keluar dari seluruh pori-pori tubuhku. Seakan tak pernah puas terus saja ia mengulum dan menjilati kedua payudaraku, kurasakan penis Martono menghujam telak keliang senggamaku yang mendudukinya. Kocokan demi kocokan yang semakin gaencar kurasakan menggesek kulir vaginaku sebelah dalam, erangan dan cengkraman menghiasi gerakannya. Kali ini aku benar-benar melepaskan seluruh hasratku yang selama ini terpendam, aku tak mempedulikan lagi siapa laki-laki yang menyetubuhiku, yang jelas aku ingin terpuaskan.

Lama posisi duduk itu berlangsung sampai akhirnya tubuh Martono semakin gencar menyodok vaginaku, gerakannya semakin cepat. Martono menghempaskan tubuhku kembali terlentang ditempat tidur, tubuhnya mengejang dan memeluk rapat tubuhku sampai aku hampir tak bisa bernafas. Lalu kurasakan semburan hangat dengan kencang membentur dinding rahimku.
ìAkhh..î Martono mengerang panjang sambil menekan pantatnya kebawah dengan keras,
kucengkram dan kembali kulingkarkan kakiku kepinggangnya dan akupun melepaskan

sisa orgasme yang masih tersisa ditubuhku. Untuk orgasme yang terakhir ini kami berlangsung hampir bersamaan, akhirnya dengan terkulai lemah tubuh Martono roboh menindih tubuhku yang lemas pula. Lama kami terdiam merasakan sisa kenikmatan itu dan akhirnya Martono mulai beringsut menjauh dari tubuhku.

ìTerima kasih Nyonya sayang..î setengah sadar dan tidak kudengar Martono membisikan kata-kata itu sambil mengecup keningku. Lalu ia berdiri mematung di samping tempat tidur. Aku tidak tahu kapan ia pergi karena setelah itu aku tertidur karena lelah dan
kantuk yang menyerangku tanpa mempedulikan keadaan kamar tidurku yang acak- acakan.