Senin, 31 Maret 2014

Cerita dokter Sandra



San… hei aku jaga nich malam ini, elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat.
“Udah makan belum?” suara merdu di seberang sana menyahut.
“Cie… illeee, perhatian nich”, aku menyambung dan, “Bodo ach”, lalu terdengar tuutt… tuuuttt… tuuut, rupanya telepon di sana sudah ditutup.

Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dr. Sandra yang jaga. Nah, UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu. Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD, jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal. dr. Sandra sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga, masih sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang seakan memberikan kesan sabar tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih single. Cuma dengar-dengar saja belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dr. Anton tapi aku juga tidak pasti.

Kira-kira jam 2 pagi, kamar jaga aku diketuk dengan cukup keras juga.
“Siapa?” tanyaku masih agak malas untuk bangun, sepet benar nih mata.
“Dok, ditunggu di UGD ada pasien konsul”, suara dibalik pintu itu menyahut, oh suster Lena rupanya.
“Ya”, sahutku sejurus kemudian.

Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana, sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Sandra menyongsongku, “Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin, parah, baru setengah jam sih, tensi oke, menurutku sih amputasi (dipotong, gitu maksudnya), gimana menurut elu?” demikian resume singkat yang diberikan olehnya.

“San, elu makin cantik aja”, pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil dr. Sandra mengiringi langkahku sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan. Sakit juga nih.

Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali, boleh dibilang hampir putus dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja.
“Dok, tolong dok… jangan dipotong”, pintanya kepadaku memelas.
Akhirnya aku panggil itu si Om gendut, bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat dan aku berikan pengertian ke mereka semua.
“Siapa nama Bapak?” begitu aku memulai percakapan sambil melirik ke status untuk memastikan bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini.
“Praptono”, sahutnya lemah.

“Begini Pak Prap, saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari. Bila saya jahit dan sambungkan, itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 - 4 hari setelah itu jari ini akan membusuk dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat karena lukanya rapih dan tidak compang-camping seperti ini”, begitu penjelasan aku pada mereka.

Kira - kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan. Setelah semuanya oke, aku minta dr. Sandra untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik dan pengurusan untuk rawat inapnya, sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD.

“San, elu mau jadi operatornya?” tanyaku setelah semuanya siap.
“Ehm… aku jadi asisten elu aja deh”, jawabnya setelah terdiam sejenak.

Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu. Untung Sandra mengamati hal ini dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulang kali dia menyeka keringatku. Huh… aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku, soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Benar-benar menggoda iman dan harapan.

Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku, tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dr. Sandra. Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet, lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini, lagi pula rasanya lebih bersih.

Saat kubuka pintu toilet (hendak keluar toilet), “Ooopsss…” terdengar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Sandra masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya.
“Ngapain lu di sini?” tanyanya ketus.
“Aku habis pipis nih, elu juga kok nggak periksa-periksa dulu terus ngapain elu buka baju?” tanyaku tak mau disalahkan begitu saja.
“Ya, udah keluar sana”, suaranya sudah lebih lembut seraya bergerak ke balik pintu biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti.

Ketika aku sampai di pintu, kulihat dr. Sandra tertunduk dan… ya ampun…. pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya, “San, pundak elu bagus”, bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda segera menjalar di wajahnya dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan. Ia tetap terdiam dan segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab. Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru. Berkeringat juga rupanya tadi.

Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus, halus dan kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hingga ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kusapu dengan lidahku yang basah. “Aaaccch… ach…” desahnya yang pertama dan disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya ketika kugigit urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu.

Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan ia menjerit tertahan, “Aach… ach… ssshhh”, tubuhnya pun kurasakan semakin lemas oleh karena semakin berat aku menahannya.

Dengan tetap dalam dekapan, kubimbing dr. Sandra menuju ke ranjang yang ada dan perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya, dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya. Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya dengan tangan kiri menyangga beban tubuh, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidung, mengitari bibir terus turun ke bawah dagu dan berakhir di ujung liang telinganya.

Senyum tipis terus menghias wajahnya dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu. “Ssshhh… acchh…” Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu. Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya untuk saling bergesekan kemudian kugesekan lidahku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus turun menyusuri lembah bukit, kudorong tangan kanannya ke bawah dan kukitari putingnya yang menonjol itu. Lima sampai tujuh kali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya. Sandra memberikan leher bagian depannya dan kusapu lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit. Feeling-ku, belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya.

Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu pada jilatan yang kelima atau keenam, aku lupa. Puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, “Ach… ach… ach…” suara desisnya semakin menjadi dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan dengan mengusap rambut dan punggungku. Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya tanganku mulai menjelajah area yang baru turun ke bawah melalui jalur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah menerobos karet celana dalamnya perlahan turun sedikit dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar. “Eeehhhm… ech…” tidak diteruskan tapi bergerak kembali naik menyusuri lipatan celana panjangnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, “Ach…” pekiknya kecil pendek seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya.

Segera kutekan kembali lagi pinggul ini tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri dan, “Fran… ugh…” teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Sandra sadar siapa yang mencumbunya dan itu juga berarti dia memang memberikan kesempatan itu untukku. Matanya masih terpejam hanya-hanya kadang terbuka. Kutarik restleting celananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Sandra memang menginginkannya juga, sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu. Tungkainya sangat proporsional, kencang, putih mulus, tentu dia merawatnya dengan baik juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya, kalau tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan secara tak terduga Sandra meronta dan terduduk, dengan nafas memburu dan tersengal-sengal, “Fran…” desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu.

Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa dan kubantunya lalu ia mulai mengecup dadaku yang bidang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku dan kuterjang Sandra sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya. Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku, ketika aku sampai di selangkangannya kulihat ia memakai celana berwarna dadu dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya. Kurapatkan tungkainya lalu kutarik celana dalamnya dan kembali kurentangkan kakinya seraya aku juga melepas celanaku. Kini kami sama berbugil, kemaluanku tegang sekali dan cukup besar untuk ukuranku. Sementara Sandra sudah mengangkang lebar tapi labia mayoranya masih tertutup rapat. Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat demikian juga dindingnya tampak berwarna pucat walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya. Gila, rupanya masih perawan.

Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas makin terasa tajam. Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan. “Eehhh… ach… ach… ehhh”, desahnya berkepanjangan. Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Sandra, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah tidak tahan lagi kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat.

“Fran… ambilah…” bisiknya tertahan seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi. Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya aku berhasil ketika tangan Sandra tiba-tiba memegang erat kedua pergelangan tanganku dengan erat dan desisnya seperti menahan sakit dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri. Sementara batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran, sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Sandra pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak. “Tunggu”, pintanya ketika aku ingin bergerak.

Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan dan kaki Sandra pun sudah turun, mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutnya sudah kusut basah makin mempesona dan gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya dan Sandra pun mulai dapat mengimbanginya.

Makin lama gerakan kami semakin seirama. Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. “Yach… ach… eeehmm”, desisnya berirama dan sesaat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit dan terasa makin menjempit kuat, gerakan tubuhnya makin liar. Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei, sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa, lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi. Makin cepat, cepat, cepat dan akhirnya kaki Sandra kembali mengunci punggungku dan menariknya lebih ke dalam bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. “Eeeggghhh…” jeritannya tertahan bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu menjalar di sepanjang kemaluanku dan, “Crooot… crooot”, memberikannya kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya bagi Sandra terasa ada semprotan kuat di dalam sana dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai sudah pertempuran namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan, demikian juga tubuhku masih kaku.

Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa, kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya dan tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua.

“Fran… thank you”, sesaat kemudian, “Ehmmm… Fran aku boleh tanya?” bisiknya perlahan.
“Ya”, sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya.
“Aku… gadis keberapa yang elu tidurin?” tanyanya setelah sempat terdiam sejenak. “Yang pertama”, kataku meyakinkannya, namun Sandra mengerenyitkan alisnya. “Sungguh?” tanyanya untuk meyakinkan.
“Betul… keperawanan elu aku ambil tapi perjakaku juga elu yang ambil”, bisikku di telinganya. Sandra tersenyum manis.
“San, thank you juga”, itu kata-kata terakhirku sebelum ia tidur terlelap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya dan batang kemaluanku juga masih belum keluar tapi aku juga ikut terlelap

Jumat, 28 Maret 2014

Affair dengan cewek hamil

Waktu itu gue udah married bekerja di suatu perusahaan swasta di Jkt, kemudian suatu hari ada cewe cantik imut

dari kantor cabang di mutasi ke kantor pusat tempat gue kerja. Namanya Ayu, kulitnya putih (favorite gue),

tinggi 162 cm, dadanya penuh berisi. Mukanya bersinar kayak ada cahaya, gue suka curi2 pandang utk liat mukanya

dia. Awalnya gue nggak ngeh kalo dia lagi hamil krn dia suka pake baju yg longgar (baju monyet), eh setelah gue

tau dia lagi hamil, gue malah jadi tambah pengen dekatin dia krn emang dari dulu gue suka banget ngeliat cewe

hamil, kayaknya ada sesuatu yg berbeda antara cewe hamil dgn cewe biasa, lebih gimana gitu!.

Setelah pdkt beberapa minggu, and gue yakin dia juga ada rasa, gue ajak Ayu lunch di Ancol, padahal kantor gue

di daerah Sudirman, he he he niat bro. Trus setelah mobil gue parkir di spot yg strategis (depan pantai), mulai

deh gue usaha. Gue mendekat kearah Ayu, sambil ngobrol gue elus rambutnya yg sebahu, trus gue pijitin lehernya

pelan, matanya mulai terpejam dan gue pelan2 kiss pipinya Ayu, dia kaget tapi diam aja, kmd gue trusin kiss

bibirnya, trus mulai melumat pelan bibirnya. Awalnya Ayu tidak membalas, gue rasa krn dia masih malu tapi

setelah bbrp menit kmd tangannya mulai berani merengkuh leher gue dan mulai membalas sambil bergumam

mmhhh!..wah akhirnya kami pun ber-french kiss ria, dan bibir kami saling berpagut mesra, !.mantap rasanya bro,

!..Hari itu hanya ciuman aja, krn masih saling sungkan he he he.

Beberapa hari kemudian gue liat si Ayu keliatan sedih, trus gue nanya” ada apa Yu? Trus dia jawab ada

keluarganya yg diopname tp dia belum sempet nengok krn suaminya sibuk trus. Ya udah sini gue anterin kata gue,

but gue minta dibayar ya?

Ih, kok minta bayaran sich? Mau dibayar berapa katanya. Pake bibir Ayu ya, dia nya senyum2 gitu dengernya.

Gue pergi ama Ayu pas lunch time. Singkat cerita setelah selesai bezuk, kita meluncur tak tentu tujuan, gue

gelisah banget deg deg an. Trus gue nanya pelan ke Ayu, hutangnya kapan dibayar? Terserah kamu jawabnya.

Enaknya dimana ya gumam gue. Terserah kamu aja jawabnya lagi. Wah udah lampu hijau nih pikir gue. Ya udah mobil

gue arahin ke daerah MT Haryono menuju PN. Pas masuk ke pelataran PN, gue liat mukanya gelisah banget, trus gue

pegang tangannya dan gue berkata” kalo Ayu nggak mau, kita pergi aja”. Ayu malah menggelengkan kepalanya and

berkata I’m ok”.

Setelah kami masuk ke kamar. Gue langsung peluk dia erat dan diapun membalas, kemudian bibir kami saling

bertaut, lumayan lama kami berciuman dengan posisi berdiri. Trus tangan gue mulai menjelajahi tubuhnya dari

lehernya gue usap trus ke punggung dan pelan2 tangan gue mulai meremas payudaranya, ugh montok banget, memang

cewe kalo lagi hamil, payudaranya padat montok banget. Ciuman gue udah mulai gue arahin ke telinganya!!gue

jilat pelan belakang telinganya Ah!ah trus yang!gue cium lehernya, and Ayu tambah mengerang , trus dia mulai

mendesis..ssssshhhhh!..ketika jari gue udah mulai mengenai niplenya!kakinya mulai melemah, gue langsung tahan

badannya spy tdk jatuh..

Kemudian gue bawa Ayu ke arah ranjang dan gue rebahin dia, dan mulai membuka bajunya, Ayu sudah pasrah banget,

mendesah dan menggumam tak jelas. Akhirnya Ayu tinggal memakai bra and cd, wah perutnya seksi banget, hamilnya

kira2 udah 5 bulan. Gue cium perutnya yg hamil sambil tangan gue meremas payudaranya. Sensasinya bro!..gue

nikmatin banget. Trus gue mulai buka bra-nya, wow padat banget, dan gue mulai mengulum niplenya, udah keras

banget tanda dia udah mulai terangsang. Tangan gue mulai meraba cdnya dan mengusap cd luarnya dgn jari gue,

ternyata udah mulai basah cdnya, diapun mulai terengah-engah. Sambil lidah gue masih menjilat niplenya, tangan

kanan gue udah berada di dlm cd-nya dan mulai mencari klitorisnya

Ugh!ugh ugh gumamannya tambah keras sewaktu tangan gue mulai aktif bergerak di daerah vaginanya, udah basah

banget. Trus gue buka cdnya dan lidah gue turun ke vaginanya dan mulai menjilat pinggiran vaginanya, kemudian

akhirnya gue menjlat bgn klitorisnya!.wah wanginya beda banget, belum pernah gue mencium wangi yg khas kayak

gini, ada gurih2nya lagi!!!lidah gue trus menjilat vaginanya sambil tangan gue mengelus perutnya yg hamil.

Trus yang!trus yang! desahnya , kmd gue masukin jari telunjuk gue ke dalam vaginanya!!..aargghhhhh enak

yang!.katanya. Gue trus jilatin klitorisnya sambil telunjuk gue keluar masuk vaginannya, perlahan banget

temponya krn gue takut ganggu kandungannya, trus yang ada malah si Ayu tambah terangsang dan kepala gue mulai

diremas2 lembut saking nikmatnya. Setelah beberapa saat, gue mulai merasa napas Ayu tambah memburu dan badannya

mulai menegang serta jepitan di vaginanya tambah erat trus tempo gue agak percepat!.jari gue tambah mantap

keluar masuk vaginanya!..dan akhirnya!!!oh sayang!.gue mau keluar bisiknya. Teriak aja Ayu, jgn disimpan

suaranya, teriak yg keras jgn malu!!!, nggak akan ada yg denger kata gue dan Ayu pun teriakannya mulai keras!.

aaaaaagh!!..gue mau meledak !sayang!..uuuuhhhhh aaaaaahhh!..akhirnya keluar juga si Ayu, tangannya tambah keras

menekan kepala gue. Jilatin trus gue lakuin, gue sedot gue minum semua cairan dari vaginanya!.mhhhh nikmat

banget rasanya.

Trus kami berpelukan dan gue cium bibirnya sambil elus-elus perutnya yg sexy, and Ayu pun berbisik, aku cium ya

adiknya!.” ugh gue langsung nelen ludah, be my pleasure” kata gue!.kmd dia cium palcon gue sambil megang kontol

gue , trus lidahnya mulai menari-nari di ujung kontol gue sambil tangannya mengocok-ngocok serta berputar2 dari

pangkal sampai ama leher kontol gue, gila enak abis, gue sampai mengerang kenikmatan.

Gue pegang kepalanya dan gue bilang udah ya mainin adik gue, daripada meledak di mulut kamu” dan dia bilang

biar aja, aku pengen rasain punya kamu!”wah tambah senewen gue dengernya. Akhirnya gue angkat juga kepalanya

dan gue lumat bibirnya sambil gue raih badannya dan gue bikin dia telentang.

Trus gue posisikan badan gue diatasnya, dan mulai arahin kontol gue ke liang vaginanya, gue pelan2 masukin

kontol gue, masih seret nih pikir gue, padahal Ayu udah punya anak pertama, tapi mungkin karena di cesar” jadi

masih rapet. Sexy banget badan Ayu gue liat dari atas dengan perutnya yg membusung sexy.

Dengan sedikit usaha akhirnya gue berhasil memasuki vaginanya. Tangannya memeluk erat punggung gue, aaahhh trus

yang! I’m yours!.kata Ayu. kontol gue udah masuk semuanya, ah nikmat banget seperti ada yg gigit, mencengkram

erat kontol gue, sampai gue meringis kenikmatan. Pelan2 gue turun naik kayak orang push up, nikmat tapi krn

agak susah krn kehalang perutnya trus gue bisikin Ayu utk ganti posisi, spy lebih leluasa. Gue angkat badan Ayu

dan dia bersandar di bagian kepala kasur dan dibawah pantatnya gue alasin bantal spy lebih tinggi.

Sambil gue cium bibirnya, gue masukin lagi liang vaginanya ama kontol gue. Langsung blesss!!!.ah yang” pas

banget posisinya katanya. Gue juga merasa demikian krn perutnya jadi tidak menghalangi gerakan gue. Setelah

masuk semua, gue diemin bbrp detik, trus yang” katanya kok berhenti ? gue pengen nikmatin dulu rasa ini Yu

jawab gue. And gue mulai gerak perlahan, maju mundur dengan tempo yg gue jaga. Bibir gue melumat niplenya dan

tangan gue meremas payudaranya dan mengelus perutnya yg sexy. Man!.viewnya sexy banget. Vaginanya terasa

menjepit erat kontol gue. Gila!.enak banget, gue harus atur napas gue untuk menjaga spy gue nggak meledak dulu.

Dengan tempo yg tetep gue jaga, disertai elusan, rabaan, dan ciuman2 dari gue. Aura nafsu diantara kami semakin

kuat, apalagi sesekali gue cium ketiaknya yg putih!..agh agh agh geli yang katanya. Kemudian badan Ayu mulai

menegang dan tangannya tambah erat cengkram lengan gue tanda dia mau orgasm. Gerakan gue percepat , tambah

cepat!..gue juga mulai merasa udah dekat ujung!..yes yes yes honey enak sayang!.gue juga enak yu!.

Waktu merasa gue mau keluar, gue langsung lumat bibirnya dan Ayu tambah keras mencengkram gue. Aahhhhhhh yang!

gue mau meledak yang kata Ayu. Gue juga mau keluar Yu kata gue. Akhirnya meledak lah kami berbarengan, lahar yg

gue tahan sejak tadi membasahi dalam vaginanya!..rasanya melayang sewaktu gue orgasm. Gue lumat dengan nafsunya

bibir Ayu yg sexy. And Gue peluk Ayu dan gue cium perutnya. Trus Ayu berkata” Sumpah yang, enak banget yg

tadi”. I know, gue juga merasa nikmat” kata gue”.

Trus setelah kita puas berpelukan, kitapun mandi bareng. Gue sabunin badannya dgn lembut, dan daerah yg paling

lama gue sabunin adalah daerah perutnya. Gue usap lembut, dengan gerakan memutar, turun naik, gue nikmatin

sensasinya. Ayu nanya” kamu suka perut ku ya. Iya Yu jawab gue polos”. Aku suka ama cewe hamil bisik gue lagi”.

Trus kalo gue udah melahirkan, kamu masih suka nggak ama aku tanyanya.  Gue hanya senyum tak menjawab dan

sambil mencium bibirnya, gue basuh badannya dan setelah gue keringan dengan handuk, pake baju and gue ajak dia

balik ke kantor.

Gue itung-itung 5x gue ML ama Ayu, sampai kandungannya berusia sekitar 8 bulan. Dan guess what setelah Ayu

melahirkan, gue ama dia tidak pernah ML lagi, tapi hubungan gue sama Ayu tetap baik sampai sekarang.